LOMBA MEMASAK NASI GORENG
TINGKAT CABE RAWIT
“Kecap!” Saus tomatnya mana? Wah, mataku kepedisan karena kupas bawang!”
Heboh! Kalimat inilah yang dirasa tepat untuk mewakili riuhnya suara dan aktivitas kemeriahan lomba memasak nasi goreng yang diadakan khusus untuk anak-anak cabe rawit di tingkat kelompok Buha dan Kota Manado, Sulawesi Utara. Kegiatan yang berlangsung pada malam jelang pergantian tahun ini begitu meriah dengan peserta yang terdiri dari lima tim.
Setiap tim beranggotakan lima orang dan ditandai dengan warna hiasan topi yang berbeda bertuliskan koki cilik, seolah-olah hendakmenandingi acara ‘master chef’ di salah satu stasiun televisi lokal. Tim penilai berasal dari generasi muda-mudi.
Keceriaan dan kehebohan tidak hanya pada anak-anak yang berlomba, namun orang tua mereka pun sibuk mengarahkan dan membantu dari luar arena lomba yang diadakan di emperan mesjid Baitul Ulya Buha Manado. Meskipun hujan gerimis mengguyur kota Manado dan sekitarnya sejak sore, akan tetapi antusiasme para peserta lomba dan orang tuanya tidak surut untuk mengikuti lomba.
Siapa bilang anak zaman sekarang hanya tahu produk instan saja? Ternyata asumsi tersebut berusaha untuk dibuktikan oleh anak-anak cabe rawit TPQ Baitul Ulya Buha Manado. Mereka berusaha menunjukkan bahwa dengan sedikit usaha, mereka pun mampu untuk unjuk diri dalam hal memasak nasi goreng yang biasanya disiapkan oleh orang tua mereka. Bahkan anak laki-laki pun juga tidak kalah lincah mengupas bawang, tanpa alat pemotong! Seru!
Kegiatan lomba ini diadakan untuk mengisi malam pergantian tahun dengan hal-hal yang bersifat positif dan berarti. Selain itu, lomba ini bertujuan untuk melatih kemandirian dan ketrampilan serta kreativitas para anak cabe rawit. Di samping melatih kemandirian individual, terlihat pula bahwa kerja sama secara berkelompok pun dapat dilakukan. Kebiasaan-kebiasaan yang bersifat baik dan positif senantiasa harus diperkenalkan dan ditularkan kepada anak-anak cabe rawit sejak awal. Harapan itu pun terlihat pada saat berlangsungnya lomba, anak-anak dapat bekerja sama, rukun, kompak, dan patuh pada aturan permainan lomba. Bahkan saat acara lomba usai pun mereka berramai-ramai bergotong-royong merapikan peralatan masak dan tempat memasak.
Selang kegiatan lomba berlangsung, para ib-ibu lainnya juga turut berpartisipasi
menyumbangkan keahlian mereka masing-masing dalam membuat martabak manis/
terang bulan. Pihak pengurus Mesjid Baitul Ulya telah menyediakan bahan-bahan yang akan diolah, di samping peralatan membuat martabak pun juga disiapkan. Pokoknya, tinggal mengolah saja, tergantung selera, ada martabak ketan hitam, coklat, keju, nangka, dan lain-lain.
Alhamdulillah, rangkain acara lomba nasi goreng berlangsung lancar dan terkendali. Pada prinsipnya, pembentukan sikap dan karakter ‘Mbah Man’ an yang sanggup untuk bekerja, tidak pilih-pilih dalam bergaul tercermin dalam sikap para cabe rawit. Semoga kelak mereka mampu untuk menjadi diri mereka sendiri, mandiri, mempunyai daya kreativitas tinggi, daya juang ungggul dan senantiasa tetap ‘membumi’ tanpa melupakan akar budaya mereka. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar